Anak Muda Tahun 90-an tentang Permainan Awal 2000-an

Anak Muda Tahun 90-an tentang Permainan Awal 2000-an



Generasi 90-an punya cerita unik ketika mengingat permainan yang mewarnai masa kecil mereka. Saat memasuki awal tahun 2000-an, dunia permainan mulai beralih dari yang sederhana di lapangan ke bentuk digital yang semakin canggih. Celotehan mereka sering kali penuh rasa bangga, heran, bahkan lucu ketika membandingkan "mainan zaman dulu" dengan yang hadir di awal milenium.

1. Dari Karet Lompat ke PlayStation

Anak 90-an masih ingat betul serunya bermain lompat karet, petak umpet, atau bentengan. Namun ketika awal 2000-an hadir dengan PlayStation 1 dan 2, mereka mulai nyeletuk:

“Dulu kita lari-larian di luar, sekarang duduk aja bisa sampai keringetan main Winning Eleven.”

Celotehan ini muncul karena permainan digital terasa seperti "level up" dari permainan tradisional, meskipun rasa lelahnya berbeda.

2. Warnet sebagai “Markas Besar”

Awal 2000-an juga ditandai dengan menjamurnya warnet. Anak-anak muda 90-an yang sudah remaja saat itu sering berceloteh soal Counter Strike, Ragnarok, atau Point Blank.

“Kalau dulu rebutan layangan, sekarang rebutan komputer di warnet.”

Celotehan ini menggambarkan bagaimana arena bermain mereka berpindah dari lapangan ke bilik-bilik warnet berasap rokok.

3. Tamiya vs Game Boy

Sebelum 2000-an, Tamiya dan Beyblade jadi mainan bergengsi. Begitu masuk era awal 2000-an, muncul Game Boy Advance, Tamagotchi, hingga Digimon Virtual Pet.

“Main Tamiya seru, tapi capek kalau baterainya habis. Kalau Game Boy, capeknya ke mata.”

Celotehan ini menandai transisi dari permainan fisik ke handheld digital.

4. Rental PS, Ritual Mingguan Anak 90-an

Bagi anak muda 90-an, awal 2000-an identik dengan ritual ke rental PS. Entah itu main Tekken, Crash Bandicoot, atau Final Fantasy.

“Kalau duit jajan ngumpul, langsung setor ke rental PS. Itu lebih penting daripada beli jajanan.”

Celotehan ini sering terdengar sebagai bukti betapa permainan digital jadi prioritas baru dibanding main tradisional.

5. Nostalgia yang Tak Terganti

Kini, anak 90-an yang sudah beranjak dewasa sering berceloteh sambil senyum-senyum sendiri:

“Anak sekarang mainnya mobile, kita dulu ke warnet atau rental. Rasanya beda, tapi kenangannya abadi.”

Meskipun teknologi berubah, celotehan ini menunjukkan bahwa setiap generasi punya cara sendiri menikmati permainan. Bedanya, anak 90-an menyaksikan langsung peralihan dari tradisional ke digital, sebuah pengalaman unik yang tak dimiliki generasi lain.


Penutup
anak muda tahun 90-an tentang permainan awal 2000-an bukan sekadar keluhan atau bandingan, melainkan nostalgia yang membentuk identitas mereka. Dari karet lompat hingga PlayStation, dari warnet hingga rental PS, semuanya adalah jejak permainan yang menyatukan kenangan masa kecil.

0 comments :

Post a Comment